Dama Kara Menjadi Produk Lokal Kota Bandung
PILARGLOBALNEWS,--Masih bingung mau pilih baju Lebaran? Dama Kara bisa jadi salah satu pilihan yang berbeda dari baju-baju Lebaran sebelumnya. Bukan hanya dari motif dan warna, Dama Kara membawa nilai tersendiri dalam karyanya.
Lahir dari tangan Nurdini Prihastiti, Dama Kara menjadi produk lokal Kota Bandung yang bertujuan untuk mendatangkan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
"Dama Kara ini memiliki makna tersendiri. Dama artinya kebajikan atau kebaikan. Kara kita ambil dari filosofi kelapa yang mulai dari buah, daun, batangnya semua bisa bermanfaat," jelas Dini.
Sejak dirilis Januari 2020, Dama Kara ini diharapkan menjadi sebuah brand yang bisa membawa kebaikan dan bermanfaat untuk banyak orang.
Untuk motifnya, produk ini menggunakan teknik batik cap yang dibuat secara hand made, dicap satu per satu. Pewarnaannya pun masih tradisional. Untuk pengeringannya masih menggunakan sinar matahari langsung.
"Kita memang berbeda dengan motif batik pada umumnya. Kita buat lebih simpel tapi juga sarat makna. Seperti motif Gayatri, itu motifnya garis dua. Maknanya adalah dualisme dari manusia. Tiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangan, keduanya saling bertaut," paparnya.
Atau misalnya motif Kinasih, yang bermakna triangle balance. Sebab dalam kehidupan punya sisi-sisi yang harus diseimbangkan.
Tak hanya sarat akan makna, para senimannya pun menggunakan karya dari anak-anak autis.
"Untuk pakaian batik, kita gunakan untuk mendukung terapi menggambar bagi rekan-rekan berkebutuhan khusus. Kita bekerja sama dengan yayasan," ujar Dini.
Dari hasil gambar tersebut kemudian akan dikurasi untuk diolah menjadi motif-motif di dalam koleksi volum genap. Nantinya dari hasil penjualan karya ini, anak-anak tersebut akan mendapatkan royalti.
"Jadi setiap bulan, item yang terjual dan menggunakan gambar mereka, anak-anak tersebut akan mendapatkan royalti. Semoga semakin banyak ruang berkarya bagi mereka dan semakin banyak penerimaan bagi teman-teman istimewa ini untuk terus berkarya,” ungkap Dini sembari menunjukkan salah satu karya anak autis.
Untuk proses produksi sebagian dilakukan di luar Kota Bandung, yakni di Solo. Proses pembatikan dilakukan di Solo. Lalu, jika sudah selesai dalam bentuk kain, akan diproses di Bandung.
"Kalau di Bandung itu mulai dari proses dari kain sampai ke pembuatan pakaian jadi," katanya.
Satu baju Dama Kara semacam outer, tunik, atau kemeja memiliki kisaran harga mulai dari Rp299.000.
"Kita juga ada beberapa item aksesoris seperti obi belt itu dari Rp79.000. Harganya cukup bisa dijangkau," ucapnya.
Dini mengaku saat pandemi justru menjadi momen omzet Dama Kara melejit. Bahkan naik sampai 70 persen.
"Waktu pandemi itu pakaian batik yang sudah ada sebelumnya banyaknya menggunakan material katun. Kita coba gunakan bahan lain yang lebih jatuh dan dingin. Justru saat pandemi, di mana orang-orang berkegiatan di rumah, penjualan Dama Kara naik sampai 70 persen," akunya.
Jika Anda tertarik berkunjung dan mencoba beberapa produknya, silakan berkunjung ke Sherlock Common Space, Jl. L. L. R.E. Martadinata No.217 (Jalan Riau).
"Official store masih di Bandung, Jalan Riau. Sedangkan untuk yang lainnya, kita masih ada di consignment store di HGL Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta. Kita juga sudah masuk di Dekranasda Kota Bandung. Saat ini juga ada di Gastro Market Pullman Hotel," jelasnya.
Ia juga merasa sangat terbantu dengan dukungan dari Dekranasda dan Disdagin Kota Bandung. Sehingga Dama Kara bisa mendapatkan banyak kesempatan sampai di posisi sekarang.
"Kita juga sudah sampai luar negeri, salah satunya Sydney," ungkapnya.
Ia berharap, masyarakat semakin bisa menerima dan bangga menggunakan produk UMKM lokal Kota Bandung. Sebab, UMKM merupakan salah satu sektor industri penopang ekonomi Indonesia dan bisa memberdayakan warga di sekitarnya.
Tidak ada komentar