Jerman Minta Indonesia Kirim Batu Bara
PILARGLOBALNEWS,-- Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa Jerman telah meminta Indonesia untuk dapat memasok batu bara sebesar 150 juta ton. Pihaknya pun optimistis mampu memenuhi kebutuhan batu bara untuk Jerman.
Jerman berencana untuk menyalakan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU). Hal ini terjadi karena situasi pasar gas yang memburuk akibat pembatasan pasokan gas Rusia.
Menteri Ekonomi Robert Habeck memperingatkan bahwa situasinya akan "sangat ketat di musim dingin". Apalagi, jika negara itu tidak melakukan tindakan pencegahan untuk membendung kekurangan pasokan.
Karenanya, negeri itu akan mengkompensasi pengurangan pasokan gas Rusia dengan meningkatkan pembakaran batu bara. Padahal sebelumnya Jerman berkomitmen "membuang" bahan bakar fosil paling intensif karbon itu.
Itu pahit, tetapi hampir diperlukan dalam situasi ini untuk mengurangi konsumsi gas. Kami harus dan kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk menyimpan gas sebanyak mungkin di musim panas dan musim gugur," kata Habeck dikutip CNBC International, Senin (19/6/2022).
"Tangki penyimpanan gas harus penuh di musim dingin. Itu yang menjadi prioritas utama," tambahnya.
Fasilitas penyimpanan Jerman saat ini berada pada kapasitas sekitar 56%. Namun situasi menjadi tak menentu kala perusahaan gas Rusia, Gazprom, yang biasa menyalurkan gas melalui pipa Nord Stream 1 di Jerman membatasi pasokan dennen menyebut "masalah teknis".
Situasi tegang dan harga tinggi adalah konsekuensi langsung dari perang agresi (Presiden Rusia) Putin terhadap Ukraina. Tidak ada kesalahan. Terlebih lagi, ini jelas merupakan strategi Putin untuk membuat kami gelisah, menaikkan harga, dan memecah belah kami. Kami tidak akan mengizinkan itu. Kami membela diri dengan tegas, tepat, dan penuh pertimbangan," katanya.
"Jumlah yang hilang masih bisa diganti, dan tangki penyimpanan gas masih diisi, meskipun dengan harga tinggi. Keamanan pasokan saat ini dijamin tetapi situasinya serius," imbuhnya.
Jerman merupakan negara yang paling bergantung dengan gas Rusia, selain Italia, di Eropa. Sebelumnya, Gazprom memotong pasokan gas ke Negeri Panser dengan dalih "masalah itu berasal dari pengembalian peralatan yang tertunda yang dilayani oleh Siemens Energy Jerman di Kanada".
Belum diketahui kapan atau apakah aliran gas Nord Stream 1 akan kembali normal.
Habeck sendiri telah menolak klaim Gazprom itu dan menyebutnya langkah bermotif politik, dirancang untuk meresahkan kawasan itu, serta untuk menaikkan harga gas.
Sebenarnya selain Jerman, Italia, Austria dan Slovakia juga telah melaporkan pengurangan pasokan dari Rusia. Belum diketahui apakah hal tersebut juga membuat peningkatan pada penggunaan batu bara di masing-masing negara.
Sebelumnya CEO Gazprom, Alexei Miller mengatakan bahwa Rusia akan bermain dengan aturannya sendiri. Menurutnya "produk Rusia akan menggunakan aturan dari negara itu".
"Produk kami, aturan kami. Kami tidak bermain dengan aturan yang tidak kami buat," kata Miller selama sesi panel di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, menurut .(red)
Tidak ada komentar