Pembelotan Politik Di Papua Nugini
PILARGLOBALNEWS,--
Minggu 26/5/2019 dilansir Reuters, Peter O'Neill Perdana Menteri Papua Nugini yang
telah berkuasa selama tujuh tahun akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri
dari jabatannya. Keputusan itu diambil Peter O'Neill menyusul pembelotan
politik yang terjadi selama berminggu-minggu.
"Hari ini saya mengumumkan mengundurkan diri
sebagai Perdana Menteri Papua Nugini," kata O'Neill seperti dilansir
Reuters, Minggu (26/5).
Seiring dengan pengumuman itu, ia kemudian
menyerahkan jabatannya kepada mantan perdana menteri era 1980-1982 dan
1994-1997, Julius Chan.
O'Neill mengaku jika selama ini telah melihat
adanya upaya kelompok partai penguasa untuk menjatuhkannya. Beberapa hal yang
menjadi pertimbangan lawan untuk menjatuhkannya adalah ketidakstabilan politik
yang saat ini terjadi di negara Pasifik Selatan.
Berbagai keluhan, termasuk kritikan yang
dilontarkan para kritikus terkait kesepakatan gas dengan perusahaan Total yang
dinilai tak berdampak signifikan bagi rakyat, pun menjadi hal yang tak
terelakkan dan ikut mewarnai keinginan menggulingkan O'Neill.
Bahkan keluhan-keluhan tersebut menimbulkan mosi
tidak percaya masyarakat kepada pemerintahan O'Neill.
O'Neill sempat melawan dan menolak untuk mundur.
Namun lawan-lawannya berujar bahwa mereka telah cukup mengumpulkan dukungan di
parlemen untuk menggulingkannya.
Di sisi lain, ia berujar pergantian kepemimpinan
tersebut dipercayai bisa melanjutkan agenda reformasi yang sebelumnya sudah
disampaikan.
Seperti diketahui, keretakan koalisi penguasa sudah
berlangsung berminggu-minggu. Setidaknya sembilan anggota telah membelot. Lawan
O'Neill pun harus mengumpulkan dukungan sedikitnya 62 anggota parlemen dari 111
kursi PNG untuk memilihnya.
Tidak ada komentar