Kecamatan Coblong Bervariatif
PILARGLOBALNEWS,-- Gerakan
Kang Pisman semakin menggelora dan menyentuh semua lapisan di setiap wilayah
begitu juga dikecamatan Coblong sudah
direalisasikanoleh berbagai unsur.
Warga terlibat langsung dari tahapan sosialisasi sampai pengolahan
sampah. Sampah diolah agar bermanfaat dan bernilai ekonomi. Seperti halnya yang
dikatakan Camat Coblong, Krinda Hamidi Pradja
"Untuk sampah di Coblong, selain sampah rumah tangga,
ada juga sampah dari empat anak sungai Cikapundung. Warga, komunitas, ormas,
dan OKP berkomitmen menjaga kebersihan wilayah dengan Kang Pisman ini,"
katanya.
Di Kecamatan Coblong sampah dari spanduk menjadi popok.
Tentu setelah melalui proses sehingga aman digunakan oleh balita.
"Bekas spanduk kan bahannya beda-beda, ada yang bisa
dimanfaatkan jadi popok, prosesnya juga ada beberapa tahapan sampai akhirnya
dirubah jadi popok dan bisa dipakai," ujar Camat Coblong, Krinda Hamidi
Pradja pada acara Bandung Menjawab di Ruang Media Balai Kota Bandung, Selasa
(18/2/2020).
Menurut Krinda, metode pengolahan sampah di Kecamatan
Coblong bervariatif. Semua didorong untk bisa bermanfaat dan memiliki nilai
ekonomi untuk masyarakat.
"Metodenya banyak, ada yang menjadi pupuk, ada yang
dibuat menjadi kerajinan atau fesyen. Di Sadang Serang ada yang menghasilkan
energi dari sampah. Yang diserahkan ke Bank Sampah juga bisa bermanfaat
nantinya," kata Krida
Sementara itu, Lurah Lebak Siliwangi, Nur Shomaddin
mengatakan, pihaknya terus berupaya menyosialisasikan dan memotivasi pada warga
melaksanakan Kang Pisman.
"Untuk mengurangi produksi sampah di tiap rumah tangga,
kita lakukan sosialisasi ‘door to door’. Ketika ada kumpul antar warga, kita
coba ganti dus dengan piring, memakai tumbler dan misting, jadi untuk
mencontohkan ke warga," katanya.
Menurut Nur, di Kelurahan Lebak Siliwangi ada berbagai
proses pengolahan sampah yang sudah dilakukan, seperti memanfaatkan sampah non
organik menjadi aneka kerajinan tangan, dan menyerahkan ke Bank Sampah.
"Kalau yang ke bank sampah ini, ada warga yang pada
akhirnya menyerahkan ke petugas kebersihan, pada akhirnya ditabung oleh petugas
itu dan jadi rezeki untuk dia. Karena anggapan warga jika sampahnya hanya 100
atau 200 gram kan tidak seberapa," katanya.
Sedangkan untuk pengolahan sampah organik, Nur mengatakan
ada piihan bagi warga dengan metode biodigester dan Loseda (Lodong Sesa Dapur),
karena kondisi perumahan di wilayahnya yang berbeda-beda.
"Di Lebak Siliwangi, ada yang rumah besar, ada yang di
gang-gang, kita berikan pilihan biodigester dan loseda. Kalau yang di gang
lebih cocok loseda. Intinya dari sampah tersebut juga bisa bermanfaat, karena
tujuannya pengolahan sampah bisa 100 persen di tingkat RW," jelasnya.
Tidak ada komentar