Dari 27 Kota/Kabupaten Di Jabar ,Akan Dimekarkan Menjadi 40 Kota/Kabupaten
PILARGLOBALNEWS,-- Provinsi Jawa Barat dengan jumlah
penduduk 50 juta jiwa lebih memiliki 27 Kota/Kabupaten serta memiliki Desa
sebanyak 5.312 dengan hitungan itu Jawa Barat mendapat kucuran APBN masih di
bawah Jawa Tengah dan Jawa Timur oleh karenanya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta
dukungan anggaran yang berkeadilan dari APBN untuk percepatan pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah.
Dalam acara Forum Silahturahmi Tokoh Masyarakat Jawa Barat
Tahun 2020 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Acara yang
digelar oleh Pemerintah Provinsi Jabar dan Harian Pikiran Rakyat itu dihadiri
oleh anggota DPR dan DPD utusan dari daerah pemilihan Jabar, sejumlah bupati
dan wali kota, kalangan DPRD kabupaten/ kota, sejumlah seniman, serta tokoh/
sesepuh Jawa Barat.
Dalam forum tersebut Emil meminta perhatian, komitmen, dan dukungan
dari para anggota DPR dan DPD dari dapil Jabar untuk dapat memperjuangkan
dukungan anggaran dari pusat ke Jabar yang proporsional memperhatikan aspek
demografi dan luas wilayah.
“Ada ketidakadilan dalam kucuran anggaran dari APBN ke
daerah, khususnya ke Jabar. Jabar yang berpenduduk mencapai lebih kurang 50
juta jiwa memperoleh kucuran dana transfer lebih kecil dibandingkan dengan Jawa
Tengah yang berpenduduk 34 juta jiwa, dan Jawa Timur 38 juta jiwa,” kata Emil.
Dia mencontohkan, dana transfer ke kabupaten/ kota tahun
2020 untuk Jabar sebesar Rp 48,3 triliun. Sedangkan dana transfer untuk Jawa
Tengah mencapai Rp 48,8 triliun, dan Jatim Rp 54,4 triliun.
“Ini karena jumlah kabupaten/ kota di Jabar lebih sedikit,
yakni hanya 27, jika dibandingkan dengan Jateng 35, dan Jatim 38, hal ini
berpengaruh pada besar-kcilnya dana transfer ke daerah. Oleh karenanya Jabar
perlu dimekarkan. Idealnya dari 27, Jabar dimekarkan menjadi 40 kabupaten/
kota” ujarnya. Emil juga menuturkan, saat ini jumlah desa di Jabar juga lebih
sedikit, yakni 5.312 dengan jumlah dana desa Rp 5,9 triliun, Jateng mempunyai
7.809 desa dan mendapat dana desa sebesar Rp 8,2 triliun, sedangkan Jatim
terdiri dari 7.724 desa memperoleh Rp 7,6 triliun.
Di Jateng dan Jatim, dana desa sudah dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan sosial ekonomi, sedangkan di Jabar karena jumlahnya relatif
kecil masih difokuskan untuk irigasi dan infrastruktur jalan.
“Padahal jumlah penduduk Jabar ini sekitar 20 persen
Indonesia. Ketika momentum pilpres, pileg, wilayah Jabar diperebutkan suaranya
untuk kepentingan politik. Namun begitu pemilihan usai seakan dilupakan.
Anggaran dari pusat ke Jabar itu belum mencerminkan keadilan,” katanya.
Menurut Emil, usulan Pemda Provinsi Jabar, pemekaran
dilakukan sebanyak 21 kabupaten/ kota, akan tetapi usulan daerah otonom baru
yang sudah memasuki prosedur final ada enam, yakni Garut Selatan, Bekasi Utara,
Sukabumi Utara, Cianjur Selatan, Bogor Barat, dan Indramayu Barat.
Menurut Emil, akibat banyak daerah otonom baru (DOB) di luar
Pulau Jawa yang gagal, Jabar jadi ketiban pulung. “Nyatanya DOB di Jabar itu
berhasil semuanya, dari mulai Banjar sampai Pangandaran,” sebutnya.
Dalam sesi diskusi, para tokoh terutama anggota DPR
memberikan tanggapan atas aspirasi Emil dan masukan untuk memajukan Jabar.
Termasuk soal daerah otonom baru (DOB).
Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI utusan Jabar Eni Sumarni
menyatakan, pihaknya bersama dengan DPR RI Komisi II sudah menyampaikan
aspirasi terkait DOB di Jabar kepada pemerintah pusat. Mulai dari Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri) sampai Presiden RI.
"DOB ini, DPD RI sudah sampai ke Kemendagri yang
jawabnya moratorium dengan terbatasnya anggaran. Kita kemudian mendatangi
Wapres dan langsung kepada Presiden, karena tidak dapat jawaban yang memuaskan
dari Wapres. DPD RI maju ke Presiden. Dan alhamdulillah sudah sampai aspirasi
(ke Presiden) dengan Komisi II DPR RI)," kata Eni.
Sementara itu, Wali Kota Banjar Ade Uu Sukaesih mengatakan
bahwa DOB bisa menjadi solusi Jabar untuk meningkatkan pelayanan publik dan
pemerataan pembangunan. Dia menilai, dengan dukungan anggota DPR RI dan DPD RI,
usulan DOB Jabar bisa terwujud.
"Adanya forum ini, pemekaran wilayah Jabar akan lebih
didengar oleh pemerintah pusat dengan komitmen anggota DPR RI dan DPD RI,"
kata Ade.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Defe Yusuf Macan Efendi sepakat
bahwa Jabar bisa dimekarkan lagi hingga 40 kabupaten/kota seperti yang
diinginkan Gubernur. Namun hingga kini pemerintah pusat masih memberlakukan
moratorium DOB karena fakta bahwa banyak DOB di luar Jawa mekar tapi tidak
berkembang. Untuk mencabut moratorium perlu lobi tidak satu, dua, atau 91
anggota DPR asal Jabar saja tapi juga legislator yang lain.
Samakan Persepsi
SESEPUH Jawa Barat Otje Djundjunan atau Ceu Popong
menyerukan semua eksponen Jabar menyamakan persepsi dengam melepaskan
kepentingan organisasi dan golongan demi Jabar yang lebih maju.
“Yang paling sulit menurut pengalaman adalah menyamakan
persepsi. Kalau persepsi sama insyaallah sikap kita sama, kalau sikap sudah
sama insyallah langkah akan sama,” kata Ceu Popong disambut tepuk tangan.
Politisi senior nasional ini menekankan lagi, sepanjang
kesamaan persepsi itu tidak ada maka Jabar tidak akan maju sampai kapan pun.
“Kalau gubernur ingin Jabar juara lahir batin sampai kiamat pun tidak akan
terwujud kalau persepsi tidak sama,” ujarnya.
Menurut Ceu Popong, heterogenitas Jabar paling tinggi.
“Siapapun yang ada di sini mau DPR/DPD sing dedeuh atuh ka Jabar. Rek ngaran
Siahaan rek Ketut paduli teuing. Kalau sudah dedeuh everything is ok,” kata Ceu
Popong.
Ceu Popong berpandangan, Jabar seperti dianaktirikan jangan
menyalahkan oramg lain tapi sedikit banyak lihat diri sendiri. “Jabar
dianakterekeun tapi saha anu salah? Bukan salah siapa- siapa tapi salah urang
keneh. Omat, keluar dari ruangan ini kita harus sama persepsi,” katanya.
Sementara itu, sesepuh Jabar lain Uu Rukmana meminta para
legislator yang sudah berkiprah di tingkat nasional jangan melupakan Jabar.
Sebab para politikus ini dapat melenggang ke Senayan berkat dukungan suara
warga Jabar yang penduduknya terbanyak di Indonesia.
Harus Ditindaklanjuti
WAKIL Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi
mengapresiasi inisiatif Gubernur Ridwan Kamil yang mengumpulkan para tokoh Jawa
Barat di semua level. “Ide dan semangat Pak Gubernur penting untuk kita support
tapi dalam pelaksanannya kawan-kawan pemda yang harus proaktif,” ujarnya usai
Forum Silaturahmi Masyarakat Jawa Barat 2020 di Hotel Said, Jakarta, Rabu
(12/2/20).
Dede sepakat dengan pemikiran Kang Emil yang ingin
mempersatukan kekuatan untuk Jabar lebih maju dan warganya sejahtera. Namun
Dede mengingatkan Gubernur harus mampu bersinergi tidak saja dengan wali
kota/bupati tapi juga dengan pemerintah dan DPR RI.
“Sebagai wakil pemerintah pusat, Gubernur memiliki fungsi
koordinatif. Mengoordinasikan kepala daerah, dan koordinasi ke pusat,” katanya.
Sebagai legislator daerah pemilihan Jawa Barat yang pernah
menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede dapat memahami kegelisahan yang
dirasakan Kang Emil terutama soal ketidakadilan anggaran. Namun Pemda Provinsi
Jawa Barat harus menunjukkan kebutuhannya kepada pusat agar diperhatikan. Jika
tidak begitu pusat akan menganggap Jabar aman - aman saja dan tidak masuk
prioritas.
Terakhir, Dede merespons arahan dari sesepuh Jabar Otje
Djundjunan atau akrab disapa Ceu Popong yang menyerukan semua eksponen Jabar
menyamakan persespi agar tercipta satu sikap dan langkah. Dede mengingatkan
untuk menuju satu persepsi itu semua orang harus melepaskan baju politiknya.
“Momen ini tepat dan harus di- follow up. Mempertemukan
berbagai partai tidak mudah. Kepala daerah harus mampu menunjukkan persepsi
kepada anggota dewan. Harus melepaskan baju partainya. Negara di atas
segalanya, kalau dia orang daerah, ya daerah di atas segalanya,” kata Dede.
Sementara itu Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menyambut
positif acara ini. Menurutnya acara seperti ini perlu ditindaklanjuti lagi agar
lebih terarah dan nyata. Dony sepakat dengan Ceu Popong bahwa untuk menyamakan
persepsi semua harus fokus memikirkan daerah dengan melepaskan atribut partai
politik.
“Ini inisiatif yang baik dari Pak Gubernur yang menginginkan
semua tokoh dan stakholders bersatu untuk Jabar Juara Lahir Batin,” katanya
usai acara.
Anggota DPR yang lain Agun Gunanjar menekankan agar forum
ini ditindaklanjuti dengan forum yang lebih kecil tapi mendetail. “Kami
politisi yang lebih utama adalah lobi negosiasi. Forum seperti ini akan lebih
bermakna dan berarti kalau ada forum yang lebih kecil,” kata Agun.
Pada saat yang sama, Jabar harus obyektif memandang sesuatu.
“Kita juga orang Jabar mempersiapkan diri jangan hanya meng-compare Jateng
Jatim. Jabar kalau mau maju kudu wani,” kata Agun.
Kalau dari data tsb, memang nampak ketidak proporsionalan bantuan utk Jabar dibanding Jateng & Jatim.
BalasHapusKalau dari data tsb, memang nampak ketidak proporsionalan bantuan utk Jabar dibanding Jateng & Jatim.
BalasHapus